BAB III, PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDDHA DI INDONESIA
A. Teori masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu dan Buddha di Indonesia
Teori
masuknya Hindu Budha ke Indonesia yang dikemukakan para ahli sejarah
umumnya terbagi menjadi 2 pendapat. Pendapat pertama menyebutkan bahwa
dalam proses masuknya kedua agama ini, bangsa Indonesia hanya berperan
pasif. Bangsa Indonesia dianggap hanya sekedar menerima budaya dan agama
dari India. Ada 3 teori yang menyokong pendapat ini yaitu teori
Brahmana, teori Waisya, dan teori Ksatria. Pendapat kedua menyebutkan
bahwa banga Indonesia juga bersifat aktif dalam proses penerimaan agama
dan kebudayaan Hindu Budha. Dua teori yang menyokong pendapat ini adalah
teori arus balik dan teori Sudra.
1. Teori Brahmana oleh Jc.Van Leur
Teori
Brahmana adalah teori yang menyatakan bahwa masuknya Hindu Budha ke
Indonesia dibawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama di India.
Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu
Budha di Indonesia pada masa lampau yang hampir semuanya menggunakan
huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta. Di India, aksara dan bahasa ini
hanya dikuasai oleh golongan Brahmana. Selain itu, teori masuknya Hindu
Budha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana juga didukung
oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang
utuh dan benar hanya boleh dipahami oleh para Brahmana. Pada masa itu,
hanya orang-orang golongan Brahmana-lah yang dianggap berhak menyebarkan
ajaran Hindu. Para Brahmana diundang ke Nusantara oleh para kepala suku
untuk menyebarkan ajarannya pada masyarakatnya yang masih memiliki
kepercayaan animisme dan dinamisme.
2. Teori Waisya oleh NJ. Krom Teori
Teori
Waisya menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama Hindu Budha di
Indonesia adalah berkat peran serta golongan Waisya (pedagang) yang
merupakan golongan terbesar masyarakat India yang berinteraksi dengan
masyarakat nusantara. Dalam teori ini, para pedagang India dianggap
telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha pada masyarakat lokal
ketika mereka melakukan aktivitas perdagangan. Karena pada saat itu
pelayaran sangat bergantung pada musim angin, maka dalam beberapa waktu
mereka akan menetap di kepulauan Nusantara hingga angin laut yang akan
membawa mereka kembali ke India berhembus. Selama menetap, para pedagang
India ini juga melakukan dakwahnya pada masyarakat lokal Indonesia.
3. Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens
Dalam
teori Ksatria, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
pada masa lalu dilakukan oleh golongan ksatria. Menurut teori masuknya
Hindu Budha ke Indonesia satu ini, sejarah penyebaran Hindu Budha di
kepulauan nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan India
pada periode yang sama. Seperti diketahui bahwa di awal abad ke 2
Masehi, kerajaan-kerajaan di India mengalami keruntuhan karena perebutan
kekuasaan. Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-kerajaan
yang kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Nusantara.
Di Indonesia mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan
barunya yang bercorak Hindu dan Budha. Dalam perkembangannya, mereka pun
kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan kedua agama tersebut pada
masyarakat lokal di nusantara.
4. Teori Arus Balik (Nasional) oleh F.D.K Bosch
Teori
arus balik menjelaskan bahwa penyebaran Hindu Budha di Indonesia
terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam. Menurut
Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali memang dibawa oleh
orang-orang India. Mereka menyebarkan ajaran ini pada segelintir orang,
hingga pada akhirnya orang-orang tersebut tertarik untuk mempelajari
kedua agama ini secara langsung dari negeri asalnya, India. Mereka
berangkat dan menimba ilmu di sana dan sekembalinya ke Indonesia, mereka
kemudian mengajarkan apa yang diperolehnya pada masyarakat Nusantara
lainnya.
5. Teori Sudra oleh van Faber
Teori
Sudra menjelaskan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan Hindu Budha di
Indonesia diawali oleh para kaum sudra atau budak yang bermigrasi ke
wilayah Nusantara. Mereka menetap dan menyebarkan ajaran agama mereka
pada masyarakat pribumi hingga terjadilah perkembangan yang signifikan
terhadap arah kepercayaan mereka yang awalnya animisme dan dinamisme
menjadi percaya pada ajaran Hindu dan Budha. Dari kelima teori tersebut,
teori Brahmana yang dikemukakan oleh Jc.Van Leur dianggap sebagai teori
terkuat karena ditunjang oleh bukti-bukti yang nyata.
B. Pengaruh Hindu Buddha di Indonesia
Pengaruh
Hindu Budha Di Indonesia dalam Beberapa Aspek Kehidupan Pengaruh Hindu
Budha Di Indonesia dalam Beberapa Aspek Kehidupan Administrator.
Masuknya agama Hindu dan Budha sejak awal abad ke 2 Masehi sedikit
banyak telah berpengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan masyarakat
Nusantara di masa silam. Pengaruh Hindu Budha di Indonesia tersebut
bahkan dapat kita lihat dan rasakan hingga saat ini, baik itu pengaruh
yang mutlak berasal dari ajaran dan kebudayaan Hindu-Budha, maupun
pengaruh yang berakultursi dengan kepercayaan dan kebudayaan lokal di
masa silam. Berikut ini akan kami jelaskan mengenai pengaruh Hindu Budha
di Indonesia tersebut sebagai pembelajaran bagi kita semua. Pengaruh
Hindu Budha di Indonesia dapat kita rasakan pada beberapa aspek dan
bidang kehidupan seperti ajaran agama dan kepercayaan, sistem
pemerintahan, ilmu arsitektur, bahasa, sastra, seni, dan keterampilan.
Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia
1. Bidang Agama
Salah
satu pengaruh Hindu Budha di Indonesia yang paling kentara terdapat
pada bidang agama dan kepercayaan. Sebelum ajaran Hindu-Budha masuk,
mula-mula masyarakat Indonesia sebelumnya sudah menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme, namun karena masuknya ajaran Hindu dan Budha
yang dibawa oleh para pedagang dan pendeta, kepercayaan animisme dan
dinamisme yang dianut oleh masyarat nusantara tempo dulu kemudian
melebur dan berakulturasi dengan ajaran agama Hindu-Budha. Kepercayaan
baru ini secara beriringan kemudian membawa kebudayaan baru dalam hal
beragama, misalnya dalam hal upacara pemujaan, tata krama, dan tempat
peribahadan.
2. Politik dan Pemerintahan
Sistem
politik dan pemerintahan kerajaan juga muncul dari pengaruh Hindu Budha
di Indonesia. Sistem ini diperkenalkan oleh orang-orang India dan
membuat masyarakat yang awalnya hidup dalam kelompok-kelompok kecil
menjadi bersatu dan membentuk sebuah kekuasaan yang lebih besar dengan
pemimpin tunggal yang terwujud sebagai seorang raja. Karena pengaruh
inilah di Indonesia terlahir beberapa kerajaan Hindu Budha seperti
kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Kerajaan Tarumanegara, Kutai, dan lain
sebagainya.
3. Arsitektur
Tradisi
megalitikum punden berudak-undak yang menjadi peninggalan nenek moyang
bangsa Indonesia di masa silam juga diyakini telah berakulturasi dengan
ilmu arsitektur yang dibawa dari India bersamaan dengan penyebaran agama
Hindu Budha di Nusantara. Punden berundak-undak berpadu dengan budaya
India dan mengilhami gaya arsitektur pembuatan bangunan candi
peninggalannya. Contoh nyata dari perpaduan ini dapat kita lihat
misalnya pada arsitektur candi Borobudur yang berbentuk limas dan
berundak-undak. Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia
4. Bahasa dan Aksara
Huruf
pallawa dan bahasa Sanskerta yang digunakan pada beberapa prasasti
kerajaan-kerajaan Nusantara di masa silam menandakan bahwa pengaruh
Hindu Budha di Indonesia juga bersinggungan dengan aspek bahasa dan
aksara. Dalam perkembangannya, penggunaan aksara palawa mungkin sudah
tidak populer lagi, namun penggunaan bahasa Sansekerta justru berlanjut
dengan sangat pesat. Ini dibuktikan dengan adanya beberapa kata atau
frase Bahasa Indonesia yang sebetulnya berasal dari bahasa sansekerta,
misalnya Pancasila, Kartika Eka Paksi, Dasa Dharma, Parasamya Purnakarya
Nugraha, dan lain sebagainya. Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia
5. Sastra
Berkembangnya
pengaruh Hindu Budha di Indonesia juga membawa kemajuan besar pada
bidang sastra. Karya sastra yang mereka bawa, yakni kitab Ramayana dan
Mahabarata telah memperkaya khasanah epos dalam pewayangan Indonesia.
Adanya kedua kitab itu juga memacu beberapa pujangga nusantara untuk
menghasilkan karyanya sendiri. Beberapa karya sastra yang muncul setelah
adanya pengaruh Hindu Budha di Indonesia antara lain :
a. Kitab Smaradhahana, karya Empu Dharmaja dari kerajaan Kediri
Isinya
mengisahkan sepasang suami istri yang hilang secara misterius setelah
terkena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Suami-istri
tersebut adalah Dewa Kama dan Dewi Ratih
b. Kitab Bharatayuda, karya Empu Sedah dan Empu Panuluh dari kerajaan Kediri
Isinya
menceritakan tentang kisah perjuangan kepahlawanan raja Jayabhaya
sebaga raja Jenggala yang berhasil menaklukkan kerajaan Panjalu
c. Kitab Kresnayana, karya Empu Triguna pada masa kerajaan Kediri
Isinya
riwayat hidup seorang anak yang bernama Kresna, anak tersebut memiliki
kekuatan luar biasa tetapi suka menolong orang lain yang membuat ia
disukai oleh orang-orang, walaupun ia seorang anak yang nakal.
d. Kitab Gatotkacasraya, karya Empu Panuluh pada masa kerajaan Kediri
Isinya
menceritakan tentang kepahlawanan Gatotkaca yang berjasa menyatukan
cinta antara Abimanyu putera Arjuna dengan Siti Sundari.
e. Kitab Arjuna Wijaya, Empu Tantular pada masa kerajaan Majapahit
Kitab
ini mengisahkan Raja Arjuna Sasrabahu dan Patih Sumantri melawan
Raksasa Rahwana. Kisah tersebut menggambarkan kemenangan Raden Wijaya
pada awal berdirinya kerajaan Majapahit.
f. Kirab Lubdaka, karya Empu Tanakung pada masa kerajaan Kediri
Isinya
tentang seorang pemburu bernama Lubdaka. Ia sudah banyak membunuh, pada
suatu ketika ia mengadakan pemujaan yang istimewa terhadap dewa Syiwa,
sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka, menjadi masuk surga
g. Kitab Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa, pada masa pemerintahan Airlangga
Kitab ini menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru untuk mendapatkan senjata guna mengalahkan Kurawa.
h. Kitab Sotasoma karya Mpu Tantular kerajaan Majapahit
i. Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca. Kerajaan Majapahit
C. Perkembangan Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia
Kerjaan
kerjaan di Indonesia berdasarkan agama yang dianut, maka dikelompokkan
menjadi 2 yaitu: Kerajaan yang bercorak Hindu dan bercorak Buddha. Pada
awal mula penganut agama hinddu dan Buddha terpisah, namun pada
perkembangan selanjutnya penganut agama hindu dan Buddha hidup
berdampingan dalam suatu kerajaan. Kerajaan yang menganut agama Hindu
antara lain :
1. Kerajaan Kutai
Merupakan
kerajaan tertua di Indonesia berkembang pada abad-5, yang terletak di
tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Raja-raja yang memerintah
berdasarkan bukti sejarah yang ada antara lain: Kudungga, Aswawarman,
dan Mulawarman. Yang menunjukkan bahwa kerajaan tersebut menganut agama
Hindu adalah dalam prasasti/ yupa disebutkan bahwa raja Mulawarman
mempersembahkan 1000 ekor lembu kepada para pendeta.
2. Kerajaan Tarumanegara
Adalah
kerajaan hindu yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat pada abad ke
5-6. Beberapa prasasti yang menjadi bukti sejarah kerajaan tersebut
adalah, prasasti Ciaruteun, prasasti Muara Cianten, prasasti
Kebon kopi, prasasti Tugu, prasasti Pandeglang, prasasti Jambu, dan
prasasti Pasir Awi. Sumber sejarah lainnya adalah berita Cina yang
ditulis oleh I Tsing seorang musafir dari Cina yang pernah singgah di
kerajaan tersebut. Bukti yang menunjukkan bahwa kerajaan tersebut adalah
gambar tapak kaki gajah, kendaraan dewa Wisnu, yang terdapat di
prasasti Kebon Kopi. Kerajaan tersebut juga telah memperkenalkan sistem
pertanian modern waktu itu, yang dibuktikan dengan adanya prasasti Tugu.
Dijelaskan pada prasasti tersebut bahwa raja Purnawarnan meresmikan
penggalian Sungai Gomati dan sungai Candrabaga, yang akan dimanfaatkan
sebagai sarana irigasi.
Kerajaan tersebut wilayah kekuasaannya mencapai Sumatera bagian selatan.
3. Kerajaan Mataran Kuno (Wangsa Sanjaya)
Kerajaan
Mataram kuno memiliki silsilah kerajaan yang cukup panjang, dimulai
dari raja Sana hingga Raja Balitung. Disebut wangsa Sanjaya, karena yang
menjadi raja besar pertama adalah Sanjaya, kemudian digantikan oleh
anak dan cucunya hingga sampai raja Balitung. Silsilah raja tersebut
terdapat pada prasasti Mantyasih ( prasasti Kedu).
4. Kerajaan Medang
Kerajaan
Medang merupakan kelanjutan dari kerajaan Mataram kuno, diperkirakan
pada masa pemerintahan Mpu Sindok di Mataram terjadi bencana gunung
berapi kemudian pusat kerajaan dipindah ke Medang, Jawa Timur. Di
sanalah Mpu Sindok mendirikan kerajaan baru dengan menamakan wangsa
Isyana. Namun kerajaan tersebut akhirnya runtuh karena diserang raja
Wora wari pada masa pemerintahan Dharmawangsa. Meskipun kerajaan Medang
runtuh menantu Dharmawangsa yang bernama Airlangga berhasil
menyelamatkan diri dan mendirikan kembali kerajaannya, kemudian kerajaan
terpecah menjadi dua yaitu kerajaan Kediri dan Panjalu, dimana kerajaan
Panjalu akhirnya tumbuh dan berkembang menjadi kerajaan Singasari pada
masa.
Peninggalan/
bangunan kuno yang bercorak Hindu antar lain: Candi Prambanan, candi
Sewu, candi Gedongsongo, candi Dieng, dan lain-lain.
Kerajaan di Indonesia yang menganut agama Buddha antara lain :
1. Kerjaan Sriwijaya
Kerajaan
tersebut adalah kerajaan terbesar kedua di nusantara setelah kerajaan
Majapahit. Sering dijuluki sebagai kerajaan Maritim, karena memiliki
armada laut yang kuat. Kerajaan Sriwijaya menganut agama Buddha, bahkan
dijadikan sebagai pusat perguruan agama Buddha. Beberapa prasasti yang
menjadi bukti sejarah kerajaan Sriwijaya antara lain : Kadukan bukit,
Kota Kapur, Karangbrahi, Talangtuo, Telaga Batu. Kerajaan Sriwijaya
dimungkinkan pusatnya terletak di Palembang, dibuktikan dengan banyaknya
prasasti yang ditemukan di sekitar kota Palembang. Rajanya yang
termashur bernama Balaputeradewa, ia adalah keturunan dari raja Mataram
Kuno (Wangsa Syailendra) yang menganut agama Buddha, karena perang
saudara akhirnya Balaputeradewa menyingkir ke Sriwijaya. Kerajaan
tersebut mengalami keruntuhan ketika mendapat serangan dari raja
Colamandala (Cola-cola) dari India. Salah satu faktor yang menjadi
penyebab Sriwijaya menjadi kerajaan besar di Asia Tenggara, karena
Sriwijaya memiliki armada kuat yang menguasai selat Malaka.
2. Kerajaan Kalingga
Kerajaan
Kalingga/ Kaling adalah kerajaan yang berkembang di Jawa bagian utara,
berdasarkan berita Cina dijelaskan bahwa di Jawa bagian utara terdapat
seorang raja perempuan yang adil dan bijaksana. Ia bernama Ratu Sima. Tetapi perkembangan selanjutnya tidak diketahui keberadaan kerajaan tersebut.
3. Kerajaan Mataram kuno dari wangsya Syailendra
Selain
dari wangsa Sanjaya, di kerajaan Mataram kuno terdapat raja-raja yang
menganut agama Buddha. Raja-raja tersebut dinamakan wangsa Syailendra.
Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan kedua wangsa tersebut disatukan
Rakai Pikatan berasal dari wangsa Sanjaya dikawinkan dengan
Pramodawardani dari wangsa Syailendra.
Peninggalan
/ bangunan kuno yang bercorak Buddha antara lain : candi Borobudur,
candi Mendut, candi Kalasan, candi Plaosan, candi Pawon, candi Sewu.
Dalam
perkembangan selanjutnya agama hindu dan Buddha hidup berdampingan
dalam suatu kerajaan. Semenjak pemerintahan Rakai Panangkaran antara
umat hindu dan umat budha hidup rukun. Candi hindu dan candi Buddha
dibangun berdampingan, hal tersebut menunjukkan kesan bahwa raja sangat
menghargai dan menghormati pemeluk agama lain. Bahkan raja Panangkaran
yang menganut agama hindu membangun tempat ibadah bagi umat Buddha,
yaitu candi Kalasan yang dibangun pada tahun 778 M. Sejak saat itulah
kehidupan beragama berdampingan berlanjut hingga kerajaan Singasari dan
Majapahit. Pada masa kerajaan Majapahit kerukunan hidup beragama
ditegaskan melalui kitab Sutasoma karya Empu Tantular, dengan judul “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”.
Mpu
Tantular mengajarkan kepada bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan
Majapahit agar mau bersatu, saling menghormati, saling menghargai,
mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman
agama, budaya, dan adat istiadat. Tanpa adanya kebersamaan dan persatuan
maka tidak akan pernah terwujud cita-cita masyarakat adil makmur.
Konflik politik berkepanjangan, perselisihan antar kelompok, adat
istiadat, atau konflik lainnya selama ini hanya akan memperlemah bangsa
Indonesia sendiri. Kerajaan
Singasari dibawah pemerintahan Kertanegara sebenarnya telah berambisi
menjadi kerajaan besar di Asia Tenggara, namun sayang kerajaan tersebut
justru runtuh karena penghianatan bangsanya sendiri, yaitu Jayakatwang
sebagai upaya balas dendam kerajaan Kediri yang pernah ditaklukkan oleh
Ken Arok (raja Singasari pertama kali). Cita-cita kerajaan Singasari
baru terwujud setelah menantu Kertanegara yang bernama Raden Wijaya
mendirikan kembali kerajaan dengan nama kerajaan Majapahit. Pada puncak
kejayaannya kerajaan Majapahit berhasil mempersatukan nusantar, dimana
daerah kekuasaannya mencapai semenanjung Melayu. Kerajaan tersebut
mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Patih
Gajah Mada. Apabila dibandingkan dengan kerajaan Sriwijaya maka Wilayah
Majapahit jauh lebih luas. Kebesaran kerajaan Majapahit pun akhirnya
mengalami keruntuhan, faktor yang menjadi penyebab runtuhnya kerajaan
Majapahit adalah adanya perang saudara yang berkepanjangan, untuk
memperebutkan kekuasaan, bahkan akhirnya kerajaan Majapahit lenyap
setelah berkembangnya agama Islam di nusantara.
0 komentar:
Posting Komentar